Kucing Nona Ami
Namanya Blecky, kucing putih bersih yang gemar sekali
mandi. Di pagi hari dia akan bangun dengan begitu Anggun, menyapa para tumbuhan
dan hewan-hewan kecil yang dia temui di perjalanan menuju dapur.
Nona Ami yang selalu menyisahkan susu paginya untuk
Blecky tersenyum ceria mendapati kucing kesayangannya semakin gemuk setiap
harinya. Dia menggendong Blecky, menciuminya, mengelus, menjewer, hingga Nyonya
Amara berteriak untuk segera sarapan dan berangkat ke sekolah.
Seperginya Nona Ami dari rumah, Blecky duduk di teras
rumah, menikmati pemandangan yang begitu indah di pagi hari. Aroma rumput basah
bekas hujan kemarin malam, suara para ibu-ibu yang sedang merumpi di penjual
sayur samping rumah, tangisan para bayi tetangga, dan suara-suara ayam yang
saling bertengkar merebutkan makanan.
“Sungguh nikmat menjadi satu-satunya kucing di
lingkungan ini,” katanya sambil memejamkan mata dan menikmati angin yang
melewatinya.
Dia melihat para ayam yang sedang berebut makanan.
“Ayam, bagaimana rasanya merebutkan makanan seperti itu? Karena, yah kalian tau
bahwa Nona Ami selalu menyediakan makanan banyak untukku, jadi aku tidak perlu
berebut makanan seperti kalian.”
Para ayam itu berhenti merebutkan makanan dan menoleh
pada Blecky secara serentak.
“Blecky, katakan kepada kami, bagaimana rasanya
kesepian dan tidak memiliki teman?”
Blecky diam cukup lama, hingga dia tersenyum begitu
lebar. “Kesepian dan tidak memiliki teman? Ah, sepertinya kalian lupa bahwa aku
memiliki Nona Ami yang selalu menggendongku, menciumku, mengelusku, menjagaku
hingga aku tertidur pulas.”
“Tapi kamu tidak bisa berkomunikasi dengan dia, dia
tidak mengerti apa yang kamu bicarakan.”
“Itu tidak penting!”
“Tentu itu penting. Bagaimana bisa kamu merasa
memiliki teman ketika tidak ada yang mengertimu?”
“Nona Ami mengerti ucapanku! Dia selalu memahamiku.
Manusia-manusia itu mengerti kucing mereka, mereka selalu berkomunikasi dengan
para kucing.” Blecky mengalihkan pandangan. “Aku justru kasihan kepada kalian.
Kalian tidak pernah berkomunikasi dengan para manusia, hanya dibesarkan untuk
keuntungan mereka saja.”
“Dan kamu dibesarkan untuk jadi penghibur dan dibuang
ketika sudah tua.”
“Dan kalian akan kehilangan satu sama lain karena
memang itu takdir kalian.”
“Tidakkah kalian lelah?” Anjing Bernama Jo milih Tuan
Bara itu datang ditengah perdebatan.
“Kucing itu selalu membanggakan diri! Dia terlalu
sombong.”
“Kalian hanya iri pada hidupku!”
Jo menggelengkan kepala. Sebagai sesama Binatang hal
ini sungguh lucu untuknya. Bagaimana mungkin mereka mendebatkan sesuatu yang
sama? Mereka mendebatkan takdir kehidupan mereka yang sebenarnya sama saja,
tidak ada bedanya dengan yang lain.
“Bukankah kalian sama saja? Semua Binatang memiliki
nasib sama. Pada akhirnya kita akan berakhir sama. Jadi apa lagi yang kalian
perdebatkan?”
Blecky menggelengkan kepala. “Tidak sama, aku disayang
oleh para manusia, mereka tidak.”
“Kita semua disayang oleh manusia, itu sebabnya mereka
memberi kita makan, merawat kita, memastikan bahwa kita aman dan kenyang.”
“Tapi ayam-ayam itu dipelihara itu dimanfaatkan.”
“Semua binatang dipelihara untuk dimanfaatkan. Tidak
ada salahnya, itulah takdir hidup seluruh Binatang.”
“Tidak sama!” Blecky masih tetap memegang teguh
kepercayaan bahwa hanya dirinya—bangsa kucing—yang disayang dengan tulus oleh
manusia.
Ayam-ayam itu memilih untuk masuk ke dalam kandang,
ayam betina yang kembali mengerami telurnya, dan ayam jantan yang memilih untuk
tiduran. Bahkan Jo ikut kembali ke dalam pekarangan rumah Tuannya, melelahkan
mendebat Blecky yang selalu merasa paling beruntung di antara para Binatang.
Keesokan harinya, suara jeritan Blecky membuat para
Binatang—bahkan semut dan Binatang kecil lain ikut berkumpul.
Dan begitulah kenyataannya, Blecky yang tergantikan
oleh seekor hamster berwarna putih yang semalam dibawa oleh Nona Ami dari
sekolah. Dan Blecky begitu tersakiti, menghadapi kenyataan bahwa dia
ditinggalkan.
“Tidak ada yang meninggalkanmu,” kata para ayam.
“Nona Ami meninggalkanku.” Dia menangis tersedu-sedu
hingga tubuhnya bergetar hebat.
“Dia hanya menambah peliharaan, tidak ada salahnya.
Kamu tenang saja, dia akan tetap menyayangimu seperti sebelumnya,” para ayam
berusaha untuk menenangkan Blecky.
Dan di hari inilah Blecky menyadari bahwa dia sama
dengan Binatang lain. Pada akhirnya seperti itulah kehidupan Binatang, dan
Blecky tak lagi membenci itu.