Alasan mengapa saya suka menulis
Alasan mengapa saya suka menulis
Untuk apa saya menulis?
Saya mulai menulis saat kelas lima sekolah
dasar, saat itu Kakak menyuruh saya untuk menulis di blog. Tentu, Kakak sudah
membuatkan blog, ‘Dunia Ning Arum’ namanya. Namun, karena saya tidak suka
membaca, saya tidak bisa menulis banyak kata, akhirnya saya berhenti
di dua cerita. Saya tidak pernah menulis lagi ketika itu. Bahkan saya sangat jarang membuka laptop, saya benar-benar tidak punya
keinginan untuk menulis.
Kelas
tujuh atau satu SMP, di sini saya menulis lagi, walau hanya dua cerita. Dan
lagi-lagi berhenti di situ, saya tidak lagi menulis.
Menginjak
tahun kedua di SMP, di tahun ini bisa dibilang tahun yang tak ingin saya ulang.
Karena saya memiliki hari-hari yang kacau, menakutkan, tentu bagi saya, mungkin
bagi orang lain masalah ini sepele bagi saya ini masalah
besar. Saya tidak punya teman di rumah sejak itu, saya selalu mengurung diri di
dalam kamar, dan saya tidak punya teman untuk cerita tentang masalah yang
sedang saya hadapi. Saya benci hari-hari itu, karena saya sendiri.
Masalah
itu membawa saya kenal dengan novel. Karena saya tidak
memiliki
teman, saya tidak tau harus apa, akhirnya saya pergi ke
kamar Kakak, mengambil satu novel, yaitu ‘sabtu bersama bapak’. Novel itu
membuat saya hanyut dalam cerita, membuat saya hilang dari dunia nyata. Saya
bahagia sekali, karena bisa melupakan segala masalah walau hanya sejenak.
Ketika
itu Kakak memberikan sata sebuah notebook
yang ia dapatkan dari salah satu Bank. Di buku itu saya mulai menulis segala
yang saya rasakan. Saya menangis, tertawa, takut, khawatir, di dalam buku itu.
Yah, saya pikir saya mau hidup bahagia, saya ingin apa yang saya harapkan
menjadi milik saya. Tapi, saya tau tidak semudah itu, jika bukan takdir tak
mungkin saya milik. Itu sebabnya saya menulis, saya membuat dunia saya sendiri,
saya berkhayal tentang apa yang bisa membuat saya bahagia. Saya bahagia dengan
cara saya sendiri, saya bersembunyi di balik tulisan.
Saya
jatuh cinta, tapi saya nggak bisa bilang ke dia. Saya nggak berani jujur di
depan dia. Akhirnya saya mengubah dia ke dalam tokoh-tokoh cerita yang saya
tulis di Wattpad. Hingga sekarang, saya menulis hanya untuk seseorang, Ibu,
Ayah, dan diri saya sendiri. Karena saya akan bungkam jika tentang mereka. Saya
kacau. Gila bukan jika saya bilang bahwa semua tulisan-tulisan itu hanya saya
peruntukkan pada seseorang yang tidak peduli dengan hidup saya, dia.
Dulu,
pertama saya menulis. Saya selalu menulis di notebook itu, ketika di sekolah, ketika saya bosan dengan keadaan,
saya akan menulis. Lalu, salah satu teman saya akan membaca tulisan itu dan mengomentarinya. Bahagia sekali ketika teman saya memuji
karya saya, karena rasanya beda. Saya selalu menghabiskan waktu senggang untuk
menulis. Dulu, menulis adalah pekerjaan paling mudah yang bisa saya lakukan,
perkerjaan yang saya pikir akan membuat orang tua saya bangga di kemudian hari,
walau sampai sekarang mereka masih menentang. Separuh hidup saya terasa hidup
di imajinasi, di dalam khayalan saya sendiri. Yah, karena di kamar mandi, mau
tidur, perjalanan ke sekolah, setiap waktu saya selalu berkhayal. Itu semua
hanya untuk menulis. Saya bisa menulis banyak hal jika saya sedang patah hati,
sedih, kecewa, takut. Dalam keadaan yang pelik.
Menulis
cara saya kabur dari masalah. Cara saya mengungkapkan perasaan apapun yang
tidak bisa saya ucapkan pada orang lain. Dengan menulis
saya tidak perlu khawatir saya akan menangis di depan orang, atau Ketika saya
bercerita saya takut cerita saya menyebar. Menulis itu seperti obat untuk saya,
menenangkan, juga suatu saat nanti jika saya kembali membaca tulisan saya, saya
merasa hebat karena bisa bertahan.
Untuk apa saya menulis? Untuk membantu diri saya
tumbuh, untuk membantu diri saya yang selalu kesulitan menjelaskan apa yang
sedang terjadi dengan ucapan, untuk menemani diri saya sepanjang hari, untuk
membuat diri saya bangga di kemudian hari.
0 komentar