Review Novel Serangkai karya Valerie Patkar
Judul : Serangkai
Penulis : Valerie Patkar
Penerbit :
Bhuana Sastra
Blurb:
“Tetapi bukan masalah kalau kita nggak selalu bisa
berani Deverra. Karena manusia bukan hanya terlahir dari tulang, melainkan juga
hati. Semesta bukan hanya menciptakan tubuh, melainkan juga rasa. Dan waktu
bukan hanya tentang hari esok, melainkan juga kemarin.”
Kecelakaan di perhelatan Grand Prix Formula 1 membawa
Kai Deverra yang masih merayakan penyesalan ditinggal kekasih lamanya kepada
Karina Maladivas Nota yang baru pulang dari kesepian.
Setangkai cerita kesedihan Deverra menyatu dengan
setangkai cerita kesunyian Divas, membentuk serangkai cerita untuk mengenang
yang hilang.
Tentang Deverra,
Dari Divas,
Untuk Zacchio.
Review:
Serangkai merupakan novel lanjutan dari karya pertama
Valerie, yaitu Claries. Dalam novel bersampul warna ungu ini menjelaskan kelanjutan
dari kondisi Kai Deverra setelah ditinggalkan oleh kekasihnya, Clarie. Tak
hanya tentang Deverram novel ini juga tentang Karina Maladivas Nota yang harus
mengenang kepergian seseorang yang berarti dalam hidupnya.
Entah berapa kali saya menangis setiap kali mengingat cerita
ini. Selalu ada perasaan yang mengganggu setiap kali saya memandang novel
Serangkai. Rangkaian cerita yang luar bias aini mampu membuat saya memutuskan
bahwa novel ini novel terbaik yang saya baca di tahun ini hingga sekarang.
Cerita dimulai dari pertemuan Deverra dengan Divas di
Grand Prix Formula 1. Deverra merupakan seorang pembalap F1 asal Indonesia.
Pertemuan mereka dimulai dengan pertengkaran antara keduanya, alasannya karena
Deverra yang tidak mendengarkan saran dari Divas-dokter F1 ketika itu.
Pembaca akan mudah memahami perasaan setiap karakter
dikarenakan novel ini menggunakan point of view atau POV dari setiap
karakter. Seakan-akan penulis memang mengajak pembaca untuk memahami setiap
karakter, memahami alasan dibalik tindakan setiap tokoh. Dengan alur campuran
yang lengkap dengan tahun kejadian ini membuat saya begitu paham bagaimana
kondisi ketika itu, bagaimana setiap tindakan mempengaruhi masa depan.
POV yang digunakan merupakan POV dari Deverra, Divas,
dan Zacchio. Tetapi ada dua bab yang menggunakan POV Ayah dan Ibu Divas,
membuat saya menangis ketika membacanya. Dalam sudut pandang Deverra memfokuskan
pada bagaimana perasaannya menghadapi kenyataan bahwa Clarie bukan lagi
kekasihnya, bagaimana dia harus menghadapi kenyataan bahwa mantan kekasihnya
itu bahagia. Sudut pandang Divas menjelaskan tentang sesepi apa hidupnya karena
dia yang selalu hidup di masa lalu, selalu berusaha untuk baik-baik saja ketika
seharusnya dia berteriak. Dan untuk Zacchio menjelaskan bagaimana dia sebagai
seorang kakak yang selalu memprioritaskan kebahagiaan adiknya-Divas.
Narasi dalam novel ini menggunakan ‘gue’ mungkin untuk
beberapa orang akan sangat sulit atau tidak terbiasa dengan narasi seperti itu,
tetapi sejauh ini saya masih nyaman-nyaman saja dengan hal tersebut.
Cerita ini sedikit pilu untuk saya, terlebih lagi
menjelaskan kondisi seseorang setelah ditinggalkan. Membaca tentang bagaimana
perasaan mereka yang ditinggalkan membuat saya merasa seperti saya yang sedang
ditinggalkan, sehingga ketika sampai di bab akhir saya menangis untuk waktu
yang lama.
Hingga sekarang saya masih belum bisa melepaskan
cerita ini, saya masih sering memikirkan tentang sesakit apa yang dirasakan
oleh para tokoh. Novelnya terlalu indah untuk dilupakan, terlalu indah jika
hanya untuk dibaca dan dipajang dalam rak buku. Akhirnya saya memutuskan untuk
menulis ini.
Ketika membaca novel ini saya sarankan sambil
mendengar lagu Padi yang berjudul Kasih Tak Sampai. Banyak hal yang dapat dipetik
dari novel ini. Apa yang saya ambil dari novel ini adalah bahwa kita tidak
perlu berusaha melupakan masa lalu agar bisa bahagia, sejatinya masa lalu
merupakan bagian dari hidup kita yang sampai kapanpun memang tidak bisa hilang,
kita harus bisa menerimanya, sesekali kita butuh mengenang masa lalu-sesakit
apapun itu atau bahkan seberat apapun itu. Juga, kehilangan memang menjadi hal
yang paling menyakitkan bagi siapapun.
Selamat membaca Serangkai. Selamat bertemu dengan
orang-orang yang berusaha untuk menerima, mengikhlaskan, melepaskan.
0 komentar