Jogja Bersama Kenangannya
2018
saya pergi ke Yogyakarta untuk pertama kalinya. Kala itu saya pergi ke kota
istimewa untuk rekreasi kelulusan walupun saat itu belum tau akan lulus atau
tidak. Saya masih berada di akhir tahun sekolah menengah pertama. Ada banyak
sekali kenangan yang saya dapat di akhir-akhir perpisahan itu.
Saya
lupa tepatnya tanggal berapa kami berangkat, yang jelas itu di sekitar bulan
Desember. Seperti tahun-tahun sebelumnya, semua berkumpul di depan Rumah Sakit
Sido Waras yang berada di tepi jalan raya. Aku dengan bawaan sedikit dan
berniat utnuk membeli makanan lain di Indomaret gagal, karena ternyata saat itu
pihak rumah sakit melarang busnya berhenti di depan rumah sakit. Akhirnya saya
berangkat dengan tangan kosong, hanya ada uang dan pakaian di tas saya.
Saya
duduk Bersama sahabat saya Asta. Belakang saya ada Listya dan Lia. Dan tempat
duduk yang lain saya lupa. Asta berada di samping jendela dan saya di samping
jalan. Perjalanan awal sangat baik, luar biasa baik. Sekitar pukul satu dini
hari, bus berhenti di pom bensi, saat itu banyak sekali yang sudah merasa mabuk
sehingga kami menyebrang jalan untuk membeli the hangat di warung.
Perjalanan
Mojokerto ke Yogyakarta melewati jalanan yang penuh dengan pohon, melewati
alas-alas dengan jalan yang berliku-liku. Ditambah di tengah perjalanan
tiba-tiba bus berhenti, rumornya ada murid yang kebelet buang air besar,
katanya juga dia sudah buang air besar di celana. Untuk kebenarannya saya masih
tidak tau.
Karena
jalanan yang dilewati itu beliku-liku, saya dan Asta berpura-pura sedang berada
di arena balap. Berbeda dengan Lia yang sudah sholawatan karena ketakutan.
Teman saya Deni melihat Lia selalu berkata, “Udah hubungin Orangtuamu biar
nyiapin semuanya. Biar kalua diumumin di masjid semua udah siap.” Ah iya, Deni
tidak dapat tempat duduk karena salah satu teman saya (entah siapa, saya luap)
tidur dengan terlentang, sehingga jatah duduk Deni dipakai sama dia.
Banyak
sekali yang saya rasakan diperjalanan itu. Salah satunya adalah ada rasa
sedikit kesal saat saya terbangun dan melihat someone tidur di samping
sahabat saya. Yah, sudahlah. Maaf-maaf.
Kami
sampai di Goa Pindul yang terletak di Gunung Kidul pada pukul lima dini hari.
Jadi sesampainya di sana, langit masih sedikit petang. Tapi langit sudah cerah
saat kami sudah berganti pakaian untuk siap-siap masuk ke dalam air. Saya
membeli tampat ponsel agar tidak terkena air. Ada beberapa teman saya yang
tidak tau kalua kita akan main air yang jelas basah-basahan. Akhitnya tiga
teman saya yang tidak tau ini membeli satu kaos dan satu celana untuk digunakan
masuk ke air. Mereka terlihat seperti kembar tiga.
Tidak
mungkin saya tidak takut terkait harus duduk di atas pelampung dan saling
menggeret. Saya takut saya jatuh, saya juga takut tangan saya terlepas dari
pelampung teman saya. Tapi pemandangan di goa itu tidak mengecewakan, cahaya
yang muncul dari lobang itu sangat indah. Terlewat indah. Ciptaan Tuhan memang
selalu indah bukan?
Kejadian
setelahnya adalah sandal Lia yang menghilang. Lalu salah satu guru saya
terpeleset. Dan si kembar tiga itu terlihat aneh dan malu-malu membuat saya
tertawa.
Setelah dari goa kami sarapan, makanannya tidak enak, saya tidak suka. Saya bahkan tidak inga tapa saja yang kami lakukan kala itu. Kami sempat berfoto. Bukan kami, mereka lebih tepatnya. Saya tidak terlihat di foto itu, sekalinya terlihat malah blur. Nasib-nasib.
Setelah dari goa kami pergi ke pantai kukup. Saya lupa tentang apa saya yang saya lakukan di pantai ini selain berfoto. Yah, kami menyewa tempat untuk berfoto. Membayar dua ribu jika tidak salah di setiap spot foto. Lalu jika ingin difotokan dan dicetak, membayar…… Ada satu hal yang saya sesali hingga sekarang adalah saya tidak berfoto dengan someone padahal itu sudah menawari.
Yah,
kami hanya berfoto-foto saja. Setelahnya kami Kembali ke bus dan menyadari
bahwa salah satu teman saya ketiduran dan tidak ada yang membangunkan dia.
Sehingga di foto Bersama sekelas dia tidak ada.
Sepulang dari pantai, sekitar pukul lima sore lebih,
kami berhenti di Malioboro. Tidak mungkin ke Jogja tetapi tidak ke Malioboro
bukan? Kami makan malam di sana, tetapi sebelum itu kami diberi izin untuk
jalan-jalan walau hanya satu jam. Sebelum meninggalkan bus, salah satu temanku
yang Bernama Ma’ruf bilang kalau nanti waktunya pulang dia akan menelfonku dan
menyuruhku memastikan data ponsel menyala.
Aku
pergi Bersama Asta, Listya, dan Lia. Kami hanya berkeliling, dan bodohnya kami
justru berhenti di Indomaret dan membeli apapun yang ada di Indomaret. Yah,
sudah sampai Malioboro malah membeli di Indomaret yang bahkan di mana-mana ada.
Saat
itu kami telat, dan aku lupa menyalakan data ponselku. Semua bus tidak berjalan
karena aku, Asta, Listya, dan Lia yang tidak kunjung kembali.
Itu
perjalanan paling indah di hidup saya hingga sekarang. Saya tidak pernah
merasakan ketenangan dan kebahagian sebegitu besarnya. Hingga sekarang, setiap
saya mengingat momen itu, ada sesuatu yang membuat saya sesak. Mungkin kerinduan.
Perjalanan ini benar menjadi perjalanan paling indah dalam hidup saya, kenangan
paling luar biasa yang pernah saya punya.
0 komentar