Pengalaman waktu pertamakali masuk sma
16 Juli 2018, aku mulai memasukki masa SMA, meninggalkan masa SMP. Aku sekolah di salah satu SMA di kotaku, Mojokerto. Sekolahku kali ini berada di belakang SMPku, aku hanya perlu waktu tiga atau empat menit dari SMP ke SMA. Cukup dekat memang. Di smaku ini memilikki sekitar 18 ekstra, itu yang membuatku tertarik dengan sekolah ini. Ditambah dengan kantin sekolah yang menurutku cukup unik, karena temboknya semacam candi-candi gitu.
Ini adalah SMA yang aku
inginkan dari smp. Saat pendaftaran hampir saja aku tidak di terima di Sma ini,
dua sahabatku gugur, tapi Asta-teman smp yang aku ceritakan di pengalaman waktu pertama kali masuk SMP-
sekolah di sekolah yang sama denganku. Sangat bersyukur karena dia satu sekolah
denganku. Yah, dia sudah benar-benar menjadi teman dekatku, karena sejak
pertama kali aku menginjak smp hingga sekarang lulus smp, aku selalu duduk
dengan dia.
Aku menempati gugus
sembilan, sama seperti saat smp dulu. Teman satu gugusku kali ini juga sama,
yaitu Firza-teman smp. Dia juga satu gugus denganku, ditambah empat anak dari
smp yang sama denganku. Sedangkan Asta, dia berada di gugus sepuluh, tetangga
gugus. Awal di gugus aku duduk bersama Eny-anak kelas 9H. Tapi, setelah itu aku
duduk bersama Hita-anak dari kelas 9D.
Aku menjalani masa
pengenalan sekolah selama satu minggu. Kegiatannya hanya sosialisasi di aula,
mendengarkan guru menjelaskan suatu hal, lalu kita harus mencatatnya. Berbagai
macam kegiatan di saat pengenalan sekolah, game dan keseruan lainnya. Memang
masa pengenalan sekolah ini sangat berbeda dengan MOS di smp, sungguh. Awalnya
aku cukup terkejut, karena ini juga kehidupan baruku. Pikirku juga, di masa
pengenalan sekolah aku tidak akan pulang jam empat sore, ternyata salah walau
masih awal, tetap aku harus pulang jam empat sore.
Setelah satu minggu
menjalani masa pengenalan sekolah. Pada hari senin kelas dibagai, setelah aku
harus mengikuti tes IQ, memilih jurusan, dan sekarang hasil akhirnya. Entah aku
berada di kelas IPA atau IPS, namun aku begitu berharap aku masuk ke kelas IPA.
Setelah upacara
dibubarkan, semua murid kelas sepuluh berlarian mencari kelasnya masing-masing.
Aku, Asta, dan Hita, mencari kelas bersama-sama. Kita memulai dari kelas bawah
atau kelas IPS, tapi nihil aku tidak menemukan namaku, sedangkan Hita, dia
berada di kelas IPS-5. Tinggal aku dan Asta, kami berjalan menaikki tangga,
karena kelas IPA berada di lantai atas. Aku memulai dari kelas IPA-1, sampai
akhirnya menemukan namaku di kelas IPA-5. Tak lama kami menemukan kelas Asta,
dia berada di kelas IPA-7, satu kelas bersama saudaraku Dini, dan teman smp
kami, Firza dan Nia.
Aku memasuki kelas,
sedikit terkejut dengan bangku yang dipakai. Kelas ini menggunakan bangku
seperti anak kuliah. Ah, kalau begini pasti sendiri-sendiri, dan yang ada di
otakku pertama kali, bagaimana nanti kalau ingin menyontek? Maklum lah. Aku
berjalan mencari tempat duduk, lalu memilih tempat duduk di barisan paling
belakang, biar tenang. Ada lima anak yang aku kenal di kelas ini, dua teman
smpku, satu teman sdku, satu aku hanya mengenalnya, dan satunya lagi teman
gugusku.
Masih begitu canggung
dengan teman baru. Dan, baru masuk kelas aku harus sudah menerima pelajaran
matematika di jam pertama, tak lama aku mendapat jadwal pelajaran, ternyata
saat hari senin aku harus menemuai pelajaran matematika empat kali sekaligus.
Wah, sebenarnya aku tidak bisa dalam pelajaran matematika, tapi aku tetap
memilih IPA yang bisa mempertemukanku dengan matematika tujuh kali dalam
seminggu.
Dan sampai saat ini yang
selalu ada dipikiranku, “masa sma tidak seperti yang aku bayangkan.” Bayanganku
begitu tinggi tentang sma, tapi akhirnya hancur ketika aku benar-benar berada
di sma. Semua begitu kacau, rumit, membingungkan, benar-benar aku tidak
mempunyai waktu untuk melakukan apa yang aku sukai. Masa sma ini begitu berat
bagiku, walau aku tau setelah sma, pertarungan hidupku kembali di mulai.
Di detik aku menulis
ini, aku sedang bingung apa yang bisa
aku lakukan. Pertanyaan itu sudah ada dipikiranku sejak pengambilan rapot
semester pertama. Nilaiku hancur, benar-benar hancur, aku berada di urutan
bawah. Rasanya, aku tak ada gunanya. Aku takut. Aku bingung.
Yah, liburan satu
minggu, hanya aku habiskan untuk kerja kelompok sampai-sampai Ibuku pun bilang,
“kamu liburan satu minggu loh nggak kerasa, kayak liburan dua hari.” Yah, aku
menyadari itu, bahkan sampai sekarang, hari minggu yang seharusnya untuk
menenangkan diri, malah aku habiskan kerja kelompok. Berangkat jam sembilan,
dan pulang jam tiga sore.
Ini lah yang aku rasakan
dari pertama kali masuk sma, hingga sekarang hampir satu tahun aku ada di sma
ini.
Koala.
0 komentar